Wednesday, 28 July 2021

Bidadariku


Dinginnya pagi memancing ilhamku,
Waktu mentari menguntum malu,
Ku lihat sosok indah disampingku,
Terhela sayu mencorak lagu,
Lena nyenyakmu sering dirasuk,
Oleh gurindam irama dengkur,
Atau semerbak haruman kentut,
Malah esakan Alya menagih candu,
Tidak pernah mematah ranting tabah,
Dalam melayari bahtera cinta,
Sabarmu persis si pujangga sepi,
Yang menyusun bait demi bait,
Menjadi lukisan citra warna puisi,
Agar dapat memekarkan,
Hati hati yang kian mati sebegini...

Aku tidak pernah mengerti,
Apa engkau menanam matamu disebelah mataku,
Atau engkau menyemai lensa di dalam kalbuku,
Sehingga dua jasad dan dua jiwa,
Menjadi satu dan tersimpul mati...

Suka duka susah senang kita harungi,
Terlatah anak-anak terkadang menghantui,
Kita melangkah dengan penuh berani,
Jerit perih gerimis gerigis kita layari...

Suatu masa nanti,
Wajahmu mengukir rona senja di balik mega,
Kedutnya memintal temali yang berselirat,
Ubanmu bak gerimis salju di kali,
Ayunya masih teguh seperti dulu,
Kau melihat aku dan aku melihat kamu,
Kita masih menganyam kasih dalam senyuman...

Nukilan Rasa,
Sang belantara rimba





No comments:

Post a Comment